danny
 
TERIMAKASIH
 
Hari kelulusan.
Hari dimana setiap orang yang berhasil melewatinya
Merasa bahagia
Mereka tersenyum bersama orang yang mereka kasihi
Itulah satu satunya yang kuinginkan
Bersama sama orang yang mengasihi dan kukasihi
Barang sehari biarkan aku menuliskan memori yang kurindu



23 JULI 2011
Ditengah keraimaian orang yang berlalulalang , kini aku hanya dapat memandangi album biru yang kugenggam ditanganku. Masih kugenggam pena yang baru saja menorehkan tintanya tuk melegakan hati kupada album lusuhku.
Album biru ini adalah album yang ditinggalkan ibuku saat aku masih kecil. Masih tergores dengan jelas bekas tulisan yang masih kusimpan dalam album yang kini menjadi milikku. Album ini begitu berharga , hanya ini yang kupunya dari orang yang begitu aku sayangi seumur hidupku.
Hari ini terasa sangat suram. Angin bertiup dengan kencangnya , awan kelabu mengitari sekitarku. Hawa dingin kini mulai mencekamku. Hari ini seharusnya menjadi hari yang paling bahagia dalam hidupku , dimana aku dapat merayakan kelulusan dengan orang orang terdekatku.
Aku hanya sendiri dan aku sadar itu. Ayahku telah meninggal sebelum aku lahir , ibuku meninggalkan aku begitu saja di depan pintu rumah oma. Bahkan aku tak mengenali bagaimana rupa ayahku dan lupa nama ibuku , yang kutahu aku mengenalnya dengan nama bunda,
“ Bunda bunda , bunda mau pegi kemana?”
“ Bunda mau pergi sebentar  , kamu disini dulu ya, nanti oma bakal bukain pintu buat dede. Jangan nakal ya.”sambil mencium keningku.
Aku hanya tersenyum , menanti ibu yang tak kunjung datang menjemputku hingga saat ini. Tapi aku percaya suatu saat ibu akan datang menjemputku. Saat ini ibu hanya pergi untuk sementara waktu  dan aku percaya ibu menyayangiku seperti aku menyayanginya.
********
Secarcah cahaya mega memaksa menerobos tirai jendela. Kupandangi baju toga dan ijazah SMAku yang teronggok disudut kamar tak ubahnya barang usang. Aku mulai beranjak dari anganku tentang hari kelulusanku yang telah terkubur jauh dalam sumur waktu yang tak mungkin kugali lagi.
Ku persiapkan semua koper koperku yang kukemas lagi dalam deretan rapih dan siap masuk dalam bagasi taksi. Perjalanan yang akan kulalui nanti cukup jauh , mungkin aku akan sampai ke rumah Oma besok pagi.
********
Kupilih tempat duduk samping jendela , pemandangan malam cukup memukau ditambah dengan pancaran bulan yang masih bulat pepat menerangi setiap jalan yang kulalui. Kurogoh saku dan mengambil MP3ku. Ku tekan tombol “play” berharap ada alunan musik yang dapat mengantarku dalam alam mimpiku.
Sesampainya di stasiun aku mencari mobil jemputanku. Cukup lama memang akhirnya aku bertemu dengan mobilnya yang tak kusadari jaraknya hanya satu meter dari tempatku berdiri.
Udara terasa sangat dingin  aku dengan cepat menaikkan koper koperku dalam mobil. Karena hari masih pagi jalanan masih lengang. Hanya terlihat tukang sapu di setiap pinggir jalan yang mulai menaikkan sampah ke dalam gerobaknya. Hanya ada satu atau dua kendaraan yang berseliweran memecah keheningan kota.
Di lampu merah aku membeli bakpao kacang untuk mengganjal perutku yang melilit karena semalam aku mencekokinya dengan segalon cappuccino. Aku mencoba membaui kepulan asap dari bakpao hangatku. Kubelah bakpao menjadi dua dan terlihat kacang hijau yang sedikit klimis.
Aku menyisakan satu bakpao di tanganku. Pikirku mulai jahil , kubelah bakpao dan  kukibas-kibaskan asapnya pada Kak Izza yang sedang menyetir. Karena ia sedang lapar akhirnya ia melahap bakpao itu dengan sekali telan.
********
Seampainya di rumah Oma aku merasa embun pagi menghujani pepohonan disekitarku. Dengan sinar mentari pagi , embun itu memancarkan sinarnya , semuanya sangat tenang setenang batin ini. Saat aku mulai bernostalgia dengan hunian tua ibuku. Rasanya lama sekali aku tidak bertemu dengan ibuku. Ibuku terlalu lama pergi , hingga aku kini lupa bagaimana raut muka ibu yang telah melahirkanku.
Kujelajahi setiap sudut rumah bercatkan biru tua itu. Aku tak mungkin lupa dengan harmoni yang tersaji dalam rumah ini. Disini aku selalu bersama oma yang menggendongku , menyuapiku dan menidurkanku dalam balutan tangan rentanya itu.
“Dek , ayo makan” seru Kak Izza yang membuyarkan lamunanku. Lalu aku mengikuti Kak Izza yang berjalan menuju ruang makan. Kuperhatikan oma dan Kak Izza yang sibuk menyiapkan makan spesial untukku.
Sesekali mereka bercanda saat aku makan. Mereka berdua selalu ada disampingku dan selalu ada saat aku mersa kesepian ketika aku menginginkan orang tuaku kembali. Kini aku tidak akan merasakan sepi lagi. Karena ada Oma dan Kak Izza yang selalu membut aku hangat. Terimakasih Oma, Kak izza. Kalian adalah segalanya untukku dan aku tak akan membuat kalian merasa kecewa akan diriku.
Add caption

0 Responses

Posting Komentar